Ilmuwan dari J. Craig Venter Institute (JCVI) di Maryland, California berhasil mengembangkan sel hidup pertama yang harus dikontrol sepenuhnya dengan DNA sintesis. Dengan kata lain, mereka telah menemukan sel sintesis pertama setelah sebelumnya pada tahun 2003 JVCI juga telah membuat virus sintesis pertama di dunia. Para peneliti menyalin genom bakteri yang ada, mengurutkan kode genetiknya dan kemudian digunakan "mesin sintesis" untuk membentuk salinan kimia.
Para peneliti berharap pembuatan desain dari sel-sel bakteri ini akan menghasilkan berbagai zat yang dapat digunakan untuk obat-obatan, bahan bakar dan bahkan menyerap gas dari efek rumah kaca. Berdasarkan Jurnal Wall Street, perusahaan Exxon Mobil Corp mengontrak mereka dengan harga 600 juta dolar untuk mendesain sel-sel alga yang dapat menyerap karbondioksida dan dapat dikemas sebagai bahan bakar.
Namun, kelompok-kelompok pecinta lingkungan telah mengeluarkan pernyataan meminta Badan Perlindungan Lingkungan serta Administrasi Pangan dan Obat-obatan untuk sepenuhnya mengatur semua percobaan biologi sintetis dan produknya. Tentu saja, belum ada yang tahu bagaimana organisme ini akan berperilaku di lingkungan. Seperti Dr. Helen Wallace dari Genewatch Inggris (sebuah organisasi yang memantau perkembangan teknologi genetik) mengatakan kepada BBC News, "Dengan melepaskan mereka ke daerah pencemaran, [dengan tujuan membersihkan pencemaran itu], Anda justru benar-benar merilis jenis pencemaran baru".
Tapi dibalik fakta tersebut, penemuan para ilmuwan ini juga patut diapresiasi sebagai bagian dari kemajuan ilmu pengetahuan. Dan yang harus kita cermati adalah kode bioetika para ilmuwan tersebut juga harus diterapkan. Bukan hanya sekedar memandang dari sisi positif, tapi sisi negatifnya pula karena ilmu pengetahuan digunakan untuk mensejahterakan manusia dan alam sekitarnya, bukan untuk merusaknya.
Para peneliti berharap pembuatan desain dari sel-sel bakteri ini akan menghasilkan berbagai zat yang dapat digunakan untuk obat-obatan, bahan bakar dan bahkan menyerap gas dari efek rumah kaca. Berdasarkan Jurnal Wall Street, perusahaan Exxon Mobil Corp mengontrak mereka dengan harga 600 juta dolar untuk mendesain sel-sel alga yang dapat menyerap karbondioksida dan dapat dikemas sebagai bahan bakar.
Namun, kelompok-kelompok pecinta lingkungan telah mengeluarkan pernyataan meminta Badan Perlindungan Lingkungan serta Administrasi Pangan dan Obat-obatan untuk sepenuhnya mengatur semua percobaan biologi sintetis dan produknya. Tentu saja, belum ada yang tahu bagaimana organisme ini akan berperilaku di lingkungan. Seperti Dr. Helen Wallace dari Genewatch Inggris (sebuah organisasi yang memantau perkembangan teknologi genetik) mengatakan kepada BBC News, "Dengan melepaskan mereka ke daerah pencemaran, [dengan tujuan membersihkan pencemaran itu], Anda justru benar-benar merilis jenis pencemaran baru".
Tapi dibalik fakta tersebut, penemuan para ilmuwan ini juga patut diapresiasi sebagai bagian dari kemajuan ilmu pengetahuan. Dan yang harus kita cermati adalah kode bioetika para ilmuwan tersebut juga harus diterapkan. Bukan hanya sekedar memandang dari sisi positif, tapi sisi negatifnya pula karena ilmu pengetahuan digunakan untuk mensejahterakan manusia dan alam sekitarnya, bukan untuk merusaknya.
*dari berbagai sumber.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar