Sabtu, 19 Juni 2010

Potensi Chlorella sebagai antikanker

Sejak lama alga atau ganggang laut dikenal sebagai makanan penuh nutrisi. Tidak hanya bergizi, tetapi tanaman penghuni lautan itu ternyata juga penuh khasiat melawan penyakit. Belakangan, sejumlah penelitian mengarah pada penggunaan ganggang guna menghambat kanker.

Penanganan kanker dengan pembedahan, kemoterapi, dan radioterapi hingga saat ini belum memuaskan. Kemoterapi, misalnya, tidak hanya menyerang sel kanker, tetapi juga sel sehat sehingga si sakit menderita. Adapun pembedahan dan radioterapi terbatas pada kanker yang hanya menyerang organ tertentu dan belum menyebar (metastatis).

Bahan kemopreventif sering dikatakan bertindak sebagai agen antitumor dan kebanyakan dari sumber alami: dari sayuran, buah, dan tumbuhan lain. Belakangan, alga disebut-sebut berkhasiat terhadap kanker. Alga berpotensi mencegah kanker berkembang lantaran kandungan antioksidannya, senyawa fikosianin, dan aktivitas protein peroxisome proliferator activated receptor/PPARs. PPARs merupakan kelompok protein reseptor yang bekerja dalam metabolisme sel, antara lain metabolisme karbohidrat, lipida, protein, serta pembelahan sel.

Profesor Ih-Jen Su dari Divisi Penelitian Klinis National Health Research Institutes Tainan, Taiwan, menguji coba Chlorella sorokiniana Cryptomonadales pada sel kanker kulit.

Pada penyelidikan awal, dia menggunakan eksperimen pada kulit tikus yang dicemari karsinogen kimia 7,12-dimetilbenzantrasen (DMBA). Delapan tikus percobaan dibagi ke dalam dua kelompok. Satu kelompok diberi olesan ekstrak Cryptomonadales dan kelompok lainnya tidak.

Ekstrak Cryptomonadales efektif menghambat tumor kulit yang disebabkan DMBA pada tikus di tahap awal kanker (inisiasi). Aplikasi ekstrak itu mengurangi pertumbuhan kulit papiloma. PPARs aktif bekerja dalam percobaan itu.

”Cara kerja Chlorella sorokiniana Cryptomonadales ialah secara sistemik membangun kekuatan tubuh untuk melawan berbagai gangguan,” ujar Prof Wang Shun Te dalam kunjungannya ke Indonesia beberapa waktu lalu. Guru besar Pingtung Technology University di Taiwan itu meninggalkan kampus guna meriset ganggang. Dia menemukan dan mengembangkan Chlorella sorokiniana Cryptomonadales selama 30 tahun. Produk yang dikembangkan Wang telah ada di beberapa negara, termasuk di Indonesia.

Sangat lengkap Nutrisi yang terkandung di dalam ganggang sangat lengkap. Chlorella mengandung 60 persen protein, karbohidrat, asam lemak esensial, fikosianin, klorofil, RNA, DNA, beragam vitamin, dan mineral. Sel Chlorella sangat stabil dan tidak akan berubah bentuk. Cryptomonadales, menurut Wang, merupakan mutu terbaik dari jenis Chlorella sorokiniana.

Sejumlah peneliti

dari Fakulti Perubatan Pusat Perubatan Universiti Kebangsaan Malaysia juga tertarik meneliti khasiat ganggang.

Mereka mengkaji antioksidan dan antitumor Chlorella vulgaris terhadap kanker hepar dalam kajian in vivo dan in vitro. Penelitian itu menggunakan tikus Wistar jantan yang dipaparkan kanker hepar. Hasil penelitian dimuat dalam Sains Malaysiana pada tahun 2009.

Hasil penelitian menunjukkan, kemampuan Chlorella vulgaris menurunkan kadar proliferasi serta memengaruhi apoptosis sel kelenjar kanker hati (hepar) yang dibuktikan dengan pemaparan protein proapoptosis. Mekanisme kemopreventif Chlorella vulgaris antara lain dengan memengaruhi apoptosis melalui protein penindas tumor.

Hasil studi itu menyebutkan, apoptosis atau kematian sel secara terancang merupakan salah satu komponen penting dalam meningkatkan homeostasis, yakni kemampuan tubuh mengatur lingkungan internal tetap stabil dan berfungsi di bawah perubahan yang terjadi. Tidak hanya untuk fungsi normal tubuh, tetapi juga respons tubuh terhadap patologi seperti kanker. Apoptosis amat diperlukan untuk menyingkirkan sel termutasi yang mengalami kerusakan DNA guna mengurangi pembentukan lesi praneoplasia seperti yang berlaku pada kanker hepar. Apoptosis sangat diperlukan untuk memusnahkan sel kanker dan mengembalikan proses pertumbuhan sel tubuh ke tahap yang lebih normal.

Di samping itu, dengan kandungan antioksidan yang tinggi, Chlorella mampu mencegah terjadinya inflamasi atau peradangan akibat radikal bebas. Chlorella vulgaris menunjukkan aktivitas antioksidan yang tinggi.

Dokter Yekti H Effendi S Ked dari Departemen Gizi Masyarakat Institut Pertanian Bogor mengatakan, ganggang hijau meningkatkan imunitas nonspesifik dan spesifik. Asam nukleat pada ganggang hijau berperan membentuk daya tahan tubuh terhadap berbagai penyakit.

Penelitian bersama sejumlah peneliti dari Rumah Sakit Karya Bhakti Bogor, Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam (PAPDI) cabang Bogor, dan Fakultas Ekologi Manusia Institut Pertanian Bogor, juga Yekti beberapa waktu lalu menyimpulkan bahwa asupan Chlorella mempercepat kesembuhan penderita demam berdarah dengue.

Yekti mengatakan, orang dewasa perlu sekitar 20 gram per hari. Sejauh ini, tidak ada efek samping mengonsumsi makanan itu sepanjang produk tidak tercemar atau terpapar bahan berbahaya lain.

sumber : http://teknologitinggi.wordpress.com/

Antibodi Plastik Penetralisir Toksin

Antibodi plastik merupakan hasil penelitian terkini dari para peneliti yang menunjukkan bahwa molekul nonbiological tersebul dapat bekerja seperti antibodi alami yang berada dalam tubuh manusia atau hewan. Dalam ujicoba terhadap hewan, partikel plastik mengikat dan menetralisir toksin yang ditemukan di sengat lebah; toksin dan antibodi kemudian dibersihkan ke liver, jalur yang sama yang dilalui oleh antibodi alami.

Para peneliti kini mengembangkan antibodi plastik untuk berbagai sasaran dalam lingkup penyakit yang lebih luas dengan harapan memperluas ketersediaan terapi antibodi, yang saat ini sangat mahal. Selama lebih dari 20 tahun, ahli biokimia telah berusaha untuk meniru kemampuan antibodi "menjadi nol" dalam target mereka, sebagai bagian dari strategi membuat lebih efektif, terapi lebih murah, dan diagnostik.

Menurut Kenneth Shea,profesor kimia di University of California, Irvine, dalam laporan Technology Review pada Rabu (16/6) menyatakan bahwa meskipun antibodi diproduksi pada skala industri saat ini, namun biaya produksi yang dibutuhkan sangat tinggi.

Hal tersebut karena antibodi yang tumbuh pada hewan; berupa molekul kompleks yang tidak bisa dibuat dalam tabung ujicoba, atau bahkan oleh bakteri. Dan antibodi, seperti protein lain, sangat rapuh. Bahkan di bawah pendinginan, mereka hanya tahan beberapa bulan.

Pertanyaan Shea dan lainnya dalam 20 tahun ini, katanya,"apakah mungkin untuk dirancang menjadi murah, bahan awal abiotik?" Antibodi plastik tersebut bisa dibuat murah dan kemudian diletakkan di rak, secara teori, bertahan bertahun-tahun.

Sumber : http://www.antaranews.com/berita/1276871428/antibodi-plastik-netralisir-toksin

Kamis, 10 Juni 2010

INOKULASI VIRUS PADA TELUR AYAM BEREMBRIO

I. PENDAHULUAN

Newcastle Disease (ND) juga di kenal dengan sampar ayam atau Tetelo yaitu penyakit yang disebabkan oleh Newcastle Disease Virus dari golongan Paramyxovirus. Virus ini biasanya berbentuk bola, meski tidak selalu (pleomorf) dengan diameter 100 – 300 nm. Genome virus ND ini adalah suatu rantai tunggal RNA. Virus ini menyerang alat pernapasan, susunan jaringan syaraf, serta alat-alat reproduksi telur dan menyebar dengan cepat serta menular pada banyak spesies unggas yang bersifat akut, epidemik (mewabah) dan sangat patogen. Virus ND dibagi dua tipe yakni tipe Amerika dan tipe Asia. Pembagian ini berdasarkan keganasannya dimana tipe Asia lebih ganas dan biasanya terjadi pada musim hujan atau musin peralihan, dimana saat tersebut stamina ayam menurun sehingga penyakit mudah masuk.

Penyakit ini pertama ditemukan oleh DOYLE pada tahun 1926 di Newcastle (Inggris), dan mengidentifikasinya sebagai paramyxovirus-1 (PMV-1). Saat ini dikenal empat strain PMV-1 yaitu, strain Viscerotropic velogenik bersifat akut dan menginfeksi saluran pencernaan, dapat menimbulkan tingkat kematian yang tinggi 90%, Neurotropic velogenic yang dapat menyebabkan paralisis kaki, strain mesogenik dapat menyebabkan akut pernapasan dan menimbulkan kematian lebih dari 50%, dan strain lentogenik yang kurang virulen. Penularannya cepat dan kematian yang ditimbulkan sangat tinggi. Sampai sekarang ini belum ditemukan obat untuk menyembuhkan penyakit ini, tetapi bagaimanapun dapat digunakan vaksin untuk mencegah penyakit ini. Pencegahan dapat dilakukan dengan cara memahami lebih lanjut mengenai penyakit ini sehingga diperlukan pengujian misalnya dengan mengetahui ciri-ciri ayam yang terkena virus ND dengan menggunakan embrio ayam atau uji in ovo.

Praktikum ini bertujuan untuk memberikan pemahaman tentang macam-macam inokulasi virus, mengetahui bagaimana cara menginokulasikan virus pada telur ayam berembrio, dan mengetahui ciri-ciri embrio ayam yang terinfeksi virus New Castle Disease (ND).

II. MATERI DAN METODE

A. Materi

Alat dan bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah telur ayam berembrio umur 10-12 hari, kapas, alkohol 70%, betadine, spuit 1 cc, bor telur, suspensi virus New Castle Disease (ND) dan alat peneropong.

B. Metode

Metode yang digunakan dalam praktikum ini adalah inokulasi pada ruang chorioalantois.

Cara Kerja :

1. Digunakan embrio ayam dengan umur 10-12 hari.

2. Dilakukan peneropongan pada telur yang digunakan.

3. Ditentukan batas kantung udara dan letak kepala embrio, lalu diberi tanda.

4. Dioleskan alkohol 70% lalu diinokulasikan suspensi virus ke dalam ruang alantois (melewati batas kantung udara) dengan cara jarum dimasukkan ¾ inci dengan sudut 45oC dan diinjeksikan 0,1-0,2 cc virus yang akan diinokulasikan.

5. Lubang kembali ditutup dengan lilin.

6. Diinkubasi dengan suhu 38oC-39oC selama 2-4 hari.

7. Diamati pada hari ke-4 dan dibandingkan dengan telur yang tidak diinokulasikan virus.

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

Tabel Hasil Inokulasi Virus Pada Telur Ayam Berembrio

Kel.

Perlakuan

Hasil

Kematian embrio

Lesi pada CAM

Lesi pada embrio

Abnormal pada otot

Abnormal pada hati

Warna hijau pada kaki

1

I

Hidup

-

-

-

-

+


II

Mati

-

-

-

-

-

2

I

Mati

+

+

-

-

-


II







3

I

Mati

-

-

-

-

-


II







4

I

Mati

+

+

-

-

-


II

Mati

+

+

+

+

+

5

I

Hidup

+

+

+

+

+


II

Hidup

+

+

+

+

+



B. Pembahasan

Berdasarkan hasil praktikum diperoleh bahwa embrio yang diinokulasikan virus ND terlihat mengalami kematian dengan ciri-ciri lesi pada CAM, lesi pada embrio, abnormal pada otot dan kaki berwarna hijau. Menurut pernyataan Kaleta dan Neumann (1975), embrio yang diinokulasikan virus ND akan mengalami reduksi pada organ-organ tertentu misalnya hati, trakhea, serta pembuluh darah. Sedangkan menurut Smietanka et al. (2006), virus ND yang disuntikkan ke dalam embrio ayam akan bermigrasi ke dalam berbagai organ yang baru terbentuk dan merusak organ tersebut. Misalnya rusaknya organ hati, paru-paru, ginjal dan usus pada embrio ayam. Hal ini tergantung virulensi masing-masing strain virus ini.

Newcastle disease merupakan salah satu penyakit infeksi yang penting untuk dikaji pada ternak. Deteksi yang cepat dan identifikasi dari virus ini merupaka tahap yang paling efektif untuk mengontrol pertumbuhan penyakit ini (Smietanka et al., 2006). Newcastle Disease virus biasanya berbentuk bola, meski tidak selalu (pleomorf) dengan diameter 100 – 300 nm. Genome dari virus ND adalah suatu rantai tunggal RNA. ND virus mempunyai amplop yang mengandung dua protein yaitu protein hemagglutinin/neuraminidase dan protein peleburan. Kedua protein ini bersifat penting dalam menentukan keganasan dan infektivitas virus. Protein hemagglutinin/neuraminidase melaksanakan dua fungsi. Hemagglutinin mengikat selaput sel inang dan bagian neuraminidase dilibatkan di dalam pelepasan; pembebasan virus dari selaput sel inang. Protein peleburan digunakan untuk peleburan amplop virus kepada selaput sel inang, sehingga genom dari virus dapat masuk sel. Untuk melaksanakan fungsi ini, protein peleburan perlu dibelah oleh suatu protease sel inang (Ganwarin, 2008).

Selengkapnya download disini

POSTULAT KOCH

I. PENDAHULUAN

Penyakit pada tumbuhan yang disebabkan oleh virus sebetulnya telah lama dikenal orang, bahkan sebelum bakteri ditemukan, tetapi pada waktu itu penyebabnya belum diketahui. Virus tumbuhan pertama kali dilaporkan pada tahun 1576 sebagai patogen yang menimbulkan penyakit pada tanaman tulip dengan gejala perubahan warna bunga tulip yang semula polos menjadi bercak bergaris. Virus merupakan satu set dari satu atau lebih molekul genom berupa asam nukleat (RNA atau DNA), yang biasanya dibungkus oleh selubung pengaman berupa protein selubung atau lipoprotein dan hanya dapat memperbanyak diri dalam sel inang yang sesuai dengan memanfaatkan metabolisme, materi, dan energi dari sel inang.

Virus merupakan unit elemen yang masih menunjukkan tanda kehidupan, sehingga virus dapat juga didefinisikan sebagai organisme intraseluler yang mempunyai genom yang hanya dapat bereplikasi dalam sel inang dengan menggunakan perangkat metabolisme sel inang untuk membentuk seluruh komponen virus.

Postulat Koch merupakan teknik pendeteksian virus dan agen-agen mikrobiologi yang lain dan merupakan teknik yang telah populer karena sejak tahun 1880 tetap dianggap esensial untuk menentukan diagnosis yang handal mengenai penyakit infeksi. Dinyatakan bahwa untuk menetapkan mikroorganisme sebagai penyebab penyakit, organisme itu : (1) harus ditemukan pada semua kasus penyakit; (2) harus dapat diisolasi dari inang dan dapat ditumbuhkan dalam biakan murni; (3) harus dapat membangkitkan kembali penyakit semula apabila diintroduksikan pada inang yang rentan; (4) harus ditemukan dalam inang percobaan yang diinfeksi dengan cara itu. Penerapan postulat tersebut telah memberi keterangan tentang sifat berbagai macam penyakit dan sangat membantu untuk membeda-bedakannya.

Praktikum Postulat Koch ini bertujuan untuk memberikan pemahaman praktek Postulat Koch dalam penularan penyakit tanaman yang disebabkan oleh virus tumbuhan. Khususnya mengetahui bagaimana cara penularan virus dari tanaman yang satu ke tanaman yang lain menggunakan metode sap, karena sangat penting untuk penelitian virus dalam laboratorium.

II. MATERI DAN METODE

A. Materi

Alat dan bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah bibit kacang tanah umur 2 minggu, pot kecil atau polibag, tanah untuk media penanaman, plastik transparan, akuades steril, kertas label, botol semprotan, silet atau cutter, amplas, cutton bud steril, daun kacang tanah yang terinfeksi penyakit karat daun beberapa lembar, solatip dan gunting.

B. Metode

A. Pengamatan langsung

1. Disediakan daun kacang-kacangan yang diduga terkena karat daun.

2. Daun yang diduga terinfeksi virus diamati antara gejala dengan tanda-tanda penyakit yang ditimbulkan pada tanaman kacang. Asosiasi ini ditandai dengan adanya patogen pada tanaman yang sakit.

3. Daun-daun yang diamati didokumentasikan menggunakan kamera.

B. Pembuatan ekstrak atau sap dari tanaman yang terinfeksi virus

1. Dicari tanaman yang sakit atau terinfeksi virus, kemudian dipetik beberapa lembar daun muda yang sakit.

2. Daun yang sakit dan akuades atau buffer steril dimasukkan dalam mortar, daun dilumatkan dalam akuades dengan penumbuk porselen.

3. Daun yang telah dilumatkan disaring dengan kertas saring sampai sap yang diperoleh hanya berupa cairan atau ekstrak.

C. Pengujian

1. Pengujian dilakukan pada tanaman kacang-kacangan yang sehat. Beberapa daun digunakan sebagai kontrol dan beberapa daun yang lain yang masih dalam satu tanaman diinokulasi dengan patogen penyebab karat pada kacang tanah.

2. Daun-daun perlakuan yang akan diinokulasikan ekstrak sap tanaman yang sakit dilakukan pelukaan dengan cara menggosok perlahan-lahan daun tersebut menggunakan amplas.

3. Cutton bud steril dicelupkan dalam sap tanaman sakit kemudian diinokulasikan pada daun yang telah dilukai.

4. Daun-daun kontrol dan daun perlakuan kemudian dibungkus dengan plastik transparan yang terpisah agar tanaman kontrol tidak ikut terinfeksi. Penutupan dengan plastik transparan dimaksudkan untuk menjaga kondisi agar tetap lembab yang akan mendukung pertumbuhan patogen pada tanaman jagung.

5. Perubahan yang terjadi pada daun yang diinokulasi maupun daun kontrol diamati hingga 7 hari.

D. Uji Penegasan

1. Dilakukan sesuai dengan kriteria Postulat Koch yang ke-3 dan ke-4 yaitu (3) mikroorganisme penyebab penyakit hasil isolasi harus dapat menimbulkan gejala yang sama dengan gejala penyakitnya, apabila diinokulasikan, dan (4) mikroorganisme penyebab penyakit harus dapat direisolasi dari gejala yang timbul hasil inokulasi.

2. Dilakukan reisolasi atau perlakuan kembali seperti pada metode poin A, B, dan C.

3. Daun yang awal terinfeksi virus dibandingkan dengan daun pada inokulasi sap pertama dan daun pada inokulasi sap kedua. Serta bandingkan juga dengan daun kontrol.

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

Tabel Hasil Pengujian Postulat Koch

Kelompok

Berhasil

Gagal

1

-

+

2

-

+

3

-

+

4

+

-

5

+

-

Tabel Hasil Uji Penegasan

Kelompok

Positif

Negatif

Gagal

4

-

-

+

5

+

-

-





B. Pembahasan

Berdasarkan hasil praktikum yang dilakukan diperoleh bahwa daun tanaman kacang-kacangan yang mengandung virus terdapat pada kelompok 5 karena menunjukkan hasil uji positif pada pengujian Postulat Koch. Hal ini diperkuat oleh pernyataan Matthews (1970), yang menyatakan bahwa keempat kriteria Postulat Koch harus dipenuhi untuk menentukan hubungan sebab akibat antara virus dan penyakit yang ditimbulkan. Berbeda dengan kelompok 1, 2, dan 3 yang mengalami kegagalan dalam pengujian karena daun yang diinokulasi tidak menunjukkan gejala penyakit yang sama dengan gejala awal. Sementara kelompok 4 juga mengalami kegagalan walaupun dalam pengujian menunjukkan hasil positif karena menunjukkan gejala penyakit yang sama dengan gejala awal, tetapi pada uji penegasan menunjukkan hasil negatif karena setelah sap tanaman sakit dari hasil inokulasi awal yang kemudian direisolasi dan diinokulasikan ke tanaman sehat yang lain tidak menunjukkan gejala penyakit yang sama dengan gejala penyakit yang sebelumnya.

Penelitian virologi tumbuhan banyak dilakukan untuk mengetahui penyakit yang diinduksi oleh virus tumbuhan dan karakteristiknya yang menyebabkan berbagai macam penyakit tanaman. Ketika diketahui respon fisiologis pada tanaman sebagai infeksi karena virus terdeteksi oleh metode biokimia, interaksi antar virus dan tumbuhan inangnya telah dapat dianalisis melalui metode molekuler, seluler dan level genetik. Berbagai macam teknik mulai dilakukan untuk mengetahui hubungan diantara virus dan virus, virus dan inangnya serta virus dan vektor pembawanya (Foster et al., 2008).

Selengkapnya download disini