Jumat, 04 Februari 2011

Cintaku Cinta Apa Adanya

“Perasaan ini telah jatuh terlalu dalam. Aku tahu kita beda. Mungkin kamu terlalu spesial untuk ku miliki. Dan perasaan ini bukan semata-mata karna rasa iba terhadapmu. Namun, dari nuraniku kuselipkan seribu angan tuk bisa bersanding denganmu.”

Arga Saputra

Maaf aku nambah coretanmu di sini

Sebenarnya agak geli juga nembak cewek pake tulisan seperti itu. Tapi mau gimana lagi si Dia beberapa hari ini nggak pernah muncul. Aku jadi penasaran apa yang sedang dia lakukan sekarang. Semoga Dia dalam keadaan sehat. Dia adalah Almira, sebut saja Mira. Cewek yang aku kenal di tempat bimbingan belajar ini. Cewek yang membuat aku bersemangat kuliah dan semangat untuk menjalani hidup yang indah ini. Mira adalah cewek yang pintar, pandai berbicara dan berpendapat,dan mempunyai kegigihan dalam berusaha, serta bukan cewek manja yang cuma pengen diajak jalan-jalan kesana kemari menghambur-hamburkan uang. Ini adalah sosok cewek yang aku idam-idamkan selama ini.

Saat itu aku terkejut membaca coretan di bukunya bahwa dia tengah menderita sakit. Mira adalah seorang Thalasemi, penderita Thalasemia. Thalasemia seperti yang kuketahui adalah penyakit kelainan darah dimana produksi eritrosit dan hemoglobin dalam jumlah yang tidak sebanyak orang normal. Ini adalah penyakit yang cukup serius. Aku memikirkan bagaimana memiliki pacar yang sakit seperti ini. Tapi hati ini berbanding terbalik dengan pikiranku. Ketika aku mengetahui fakta ini justru perasaan ini makin kuat bersemayam di hati ini. Maka ku putuskan untuk menyatakan cintaku kepada Mira lewat buku yang aku pinjam ini.

Sore ini ada jadwal bimbel, dan semoga Mira berangkat bimbel juga. Karena sudah dua kali pertemuan dia tidak menampakkan diri. Dan ternyata benar dia berangkat. Aku mengembalikan buku catatannya yang aku pinjam dan sekaligus berharap dia membaca coretanku diantara coretan tentang dirinya di buku itu. Pertemuan berikutnya aku melihat wajahnya cukup muram kepadaku. Mungkin dia marah kepadaku karena aku telah membaca tulisannya yang seharusnya milik pribadinya. Atau mungkin karena aku menambahi coretan di bukunya tersebut. Karena terlalu penasaran maka setelah selesai bimbingan aku menanyakan kepadanya tentang tulisanku tersebut. Seketika dia menitikkan air mata. Lalu jatuh pingsan. Aku bingung, dia marah atau sedih atau senang. Dan rasa penasaran ini belum terjawab sampai kemudian keluarganya datang dan khawatir akan keadaannya lalu memintaku memanggil ambulans untuk membawanya ke rumah sakit.

Mira telah masuk ke ruang gawat darurat lalu kemudian aku diberondong pertanyaan oleh keluarganya kenapa Mira bisa pingsan mendadak seperti itu. Aku menceritakan semuanya kepada keluarganya tentang coretan rahasia di bukunya dan juga tentang coretanku yang menyatakan cinta kepadanya. Sekarang keluarganya memaklumi kenapa Mira bisa pingsan. Ya, karena aku menambah coretan di bukunya tersebut. Dan Akhirnya mereka menceritakan semua tentang Mira kepadaku.

Mira adalah anak bungsu dari 3 bersaudara. Mira dilahirkan karena memang orang tuanya menginginkan anak perempuan. Kedua kakak laki-lakinya memiliki sel darah yang normal, orang tuanya juga bukan penderita Thalasemia, tapi kenapa Mira bisa mengidap penyakit tersebut? Penjelasan dari orangtua Mira menyatakan bahwa ternyata dokter salah mendiagnosis penyakit yang diderita oleh Ayahnya Mira. Awalnya beliau didiagnosis menderita anemia biasa. Namun, setelah kelahiran Mira yang terdiagnosis Thalasemia sejak umur 5 bulan, Ayahnya pun terdiagnosis sebagai carier/pembawa penyakit ini dari orang tuanya. Mira harus meluangkan waktu untuk transfusi darah setiap sebulan sekali. Dan mungkin itulah yang membuat Mira sering tidak masuk bimbel karena sedang transfusi darah di rumah sakit. Tapi walaupun begitu, orangtuanya tetap tidak menjadikan Mira sebagai anak emas atau anak yang istimewa. Hanya 1 hal yang dilarang oleh keluarganya adalah Mira tidak boleh jatuh cinta kepada lawan jenis, artinya Mira tidak boleh pacaran. Orangtuanya takut ketika kelak Mira menikah dengan seorang pria normal maka akan beresiko memiliki keturunan seorang Thalasemi juga. Karena memang penyakit ini adalah penyakit genetis yang diturunkan dan semakin lama prevalensi Thalasemia ini di Indonesia juga semakin meningkat.

Setelah mengetahui bahwa Mira dilarang berpacaran, ternyata aku tahu dia pingsan karena aku telah menyatakan cinta kepadanya. Maafkan aku Mira, aku terlalu mencintaimu. Memang keluarganya sedikit tidak setuju jika Mira punya pacar. Tetapi Mira juga remaja biasa dan cewek pada umumnya juga pasti akan menyukai lawan jenis. Maka keluarganya pun memaklumi, dan menanyakan kesanggupanku menerima Mira apa adanya. Dan memang aku telah menyanggupi dari lubuk hati yang paling dalam akan menjaga Mira bagaimanapun keadaannya.

Dokter telah memeriksa Mira dari ruang gawat darurat. Ternyata Mira pingsan selain karena coretanku di bukunya tersebut memang Mira harus mendapat transfusi darah lagi. Dokter mempersilakan Mira untuk dijenguk keluarganya. Ketika itu aku ikut masuk ke ruangan dan melihat Mira terbujur lemah di tempat tidur. Namun dia telah sadar dan ketika melihatku raut mukanya menjadi sedikit takut. Memang benar dia takut kepada orang tuanya yang melarangnya memiliki pacar. Namun setelah aku menceritakan aku akan menerimanya apa adanya, bagaimanapun keadaannya, orang tuanya setuju Mira dapat berpacaran denganku. Dan Mira pun menerimaku menjadi pacarnya. Hari-hari pun kulalui bersamanya. Merajut jalinan cinta yang indah tanpa mengistimewakan keadaannya yang sedang sakit.

Beberapa tahun kemudian aku menikahi Mira. Setelah itu Mira hamil dan melahirkan seorang bayi laki-laki normal yang sehat. Namun Mira meninggal dunia setelah melahirkan karena kehabisan banyak darah. Aku sangat sedih dan terpukul atas kehilangan istriku tercinta. Namun kesedihanku sedikit terobati karena aku telah memiliki anak laki-laki normal buah cintaku dengan Mira yang seorang Thalasemi. Memang keputusanku menjalin cinta dengan Mira tidaklah salah, cinta yang berasal dari lubuk hati yang paling dalam adalah cinta yang abadi, dan cinta apa adanya berbuah manis pada akhirnya. Terimakasih Mira, kau telah memberiku banyak pelajaran berharga di dunia ini, terutama bagaimana kita harus memaknai arti sebuah hidup dan mensyukuri anugerah dariNya. Cinta ini kan selalu ku dekap sampai ku pergi menghampiri surgaNya. Sebuah cinta yang apa adanya.


Dipublikasikan pada : Buletin Blue Science UPI Fabio Unsoed 2010

Tidak ada komentar:

Posting Komentar