Kamis, 10 Februari 2011

Cupang, Ikan Atraktif

Setiap orang mengagumi keindahan, baik keindahan panorama alam pegunungan maupun perairan. Namun, keindaha tersebut tidak mudah dihadirkan secara utuh di sekitar kita. Akhirnya, banyak orang membuat panorama tiruan atau dalam bentuk miniatur, seperti taman atau akuarium agar keindahan tersebut tetap bisa dinikmati.

Begitu pula pada cupang. Gerak-gerik dan keindahan warna tubuhnya membuat banyak orang terkesan. Keindahan warna cupang sering dinikmati oleh hobiis dengan memajangnya di ruang keluarga atau ruang tamu. Indahnya bentuk dan warna cupang dalam wadah stoples kaca bulat membuat ruangan kian artistik. Wadah kotak meninggi juga sering dimanfaatkan untuk menempatkan cupang. Selain membuat tampilan cupang kian menawan, wadah demikian juga akan membuat napas cupang kuat.

Awalnya, ikan ini berasal dari perairan alami. Sifat dasar ikan ini sangat agresif dalam mempertahankan wilayahnya dan gemar berkelahi. Pantas jika selanjutnya ikan ini mendapat julukan fighting fish. Hal itu pula yang menyebabkan nenek moyang bangsa Thai memperkenalkan ikan cupang pertama kali (lebih dari dua abad yang lalu) sebagai ikan aduan.

Pada awalnya, adu cupang dilakukan sekadar untuk mengisi waktu senggang. Namun, lama-kelamaan, adu ikan ini menjadi tren dan ajang kimpetisi antarkelompok dan antarkampung. Setiap cupang jawara akan menjadi kebanggan bagi kampung yang menjagokannya. Pada akhirnya, cupang alam pun diburu untuk ditangkarkan dan dipersiapkan mengikuti kontes aduan.

Selain gemar berkelahi, beberapa jenis ikan cupang memiliki warna tubuh yang indah. Diukung gerakannya yang tenang dan anggun, keindahan warna dan sirip ikan cupang ini pun dapat lebih lama dinikmati. Pada akhirnya, para penangkar pun melakukan penyilangan-penyilangan baru untuk menghasilkan ikan cupang dengan warna dan bentuk sirip yang diinginkan.

Selain keindahan warna tubuh, bentuk sirip, dan keanggunannya, daya tarik ikan cupang lainnya yaitu mudah dalam pemeliharaannya.


*disadur dari buku Cupang : Panduan Lengkap Cupang Hias dan Cupang Adu oleh Redaksi Penebar Swadaya (2009)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar