Sabtu, 08 Maret 2014

Efek Optimal Suatu Percobaan Teratologi, Antara Waktu dan Dosis.


   Waktu pemberian zat kimia sangat penting, seperti yang digambarkan pada percobaan Tuchman-Duplesis yang dikutip oleh Lu (1995), dengan 6-merkaptopurin yang mengakibatkan cacat saraf dan mata atau anomali kerangka tergantung dari saat pajanan. Namun, untuk penelitian teratologi rutin, zat kimia biasanya diberikan selama periode organogenesis, suatu periode paling rentan untuk embrio. Oleh karena itu, waktu yang tepat yang dapat dilakukan untuk mendapatkan efek yang optimum adalah pada saat organogenesis. Hal ini disebabkan karena selama stadium organogenesis kebanyakan sel embrional dalam bentuk ”blast” atau stadium diferensiasi dan sel-sel tersebut sangat sensitif (Anderson dan Coning, 1988). Selain itu, pada stadium organogenesis, sel secara intensif mengalami gerakan morfogenesis dan organisasi, sehingga setiap gangguan dalam diferensiasi sel akan menyebabkan kelainan bawaan. Kelainan tersebut dapat bervariasi mulai dari kecacatan struktural (malformasi) hambatan pertumbuhan, penurunan fungsi organ sampai kematian. 

Pemberian senyawa kimia ke tubuh induk dapat menyebabkan pengaruh langsung dan tidak langsung pada perkembangan organ, kombinasi efek ini akan dengan mudah muncul selama periode organogenesis. Pengaruh buruk yang terjadi dapat berupa letalitas atau kematian, teratogenik dan toksik (Ariens et al., 1986). Bentuk kelainan pada periode ini berupa cacat kelahiran, embrio letalitas dan resorbsi fetus. Pemberian teratogen pada fase organogenesis akan merusak sel saat diferensiasi yang menyebabkan pertumbuhan terganggu dan akan menimbulkan abnormalitas, dalam proses pembentukan organ itu terjadi molekul baru perpindahan sel, pertumbuhan dan koordinasi dari sistem tubuh sehingga zat ini akan mudah berpengaruh (Sagi, 1999). 

Malformasi yang terjadi khususnya pada organ yang sedang mengalami perkembangan pada saat terpapar. Kejadian malformasi meningkat sepanjang organogenesis awal. Semua sistem organ mulai terbentuk, tetapi diferensiasi sel untuk membentuk suatu organ tertentu dimulai pada hari tertentu pula, sehingga menyebabkan abnormalitas yang spesifik pula. Kejadian kematian prenatal berkurang pada saat organogenesis tetapi terjadi peningkatan kematian perinatal (kematian yang terjadi pada atau sekitar menjelang partus) khususnya pada dosis yang lebih tinggi. Kejadian malformasi yang relatif tinggi akan menurun drastis dengan bertambahnya perkembangan organogenesis. 

Periode organogenesis bervariasi untuk setiap jenis. Periode rentan untuk beberapa jenis hewan dan informasi yang berhubungan dengan itu tercakup dalam tabel 1.

Tabel 1  Penelitian Teratogenesis Pada Beberapa Hewan Mengenai Waktu Efektif Pemberian Teratogen Untuk Mendapatkan Hasil Yang Optimum



Tikus
Mencit
Hamster
Kelinci
Usia induk pada awalnya
100-120 hari

60-90 hari


60-90 hari


Dewasa belum kawin

Periode pemberian dosis*
hari ke 6-15

hari ke 6-15

hari ke 5-10
hari ke 6-18
Seksio Caesaria*
hari ke 20
hari ke 17
hari ke 14
hari ke 29
Pembanding positif †
ASA, 250 mg/kg
ASA, 150 mg/kg
ASA, 250 mg/kg
6-aminonikotinamid 2,5 mg/kg

* Hari 0 adalah ketika sperma ditemukan dalam vagina atau, pada kelinci, hari terjadinya kopulasi atau inseminasi buatan.
† ASA, asam asetilsalisilat, teratogen potensial pada hewan coba tertentu meskipun hanya mampu menyebabkan perdarahan pada janin manusia dan hanya dalam dosis besar.

DAFTAR REFERENSI
Anderson, D., dan D. M. Conning. 1988. Experimental Toxicology, The Basic Principles. London: Royal Society of Chemistry.
Ariens, E. J., E. Mutschler, dan A. M. Simonis. 1994. Toksikologi Umum Pengantar (diterjemahkan oleh Yoke R. Wattimena, Mathilda B. Widiyanto dan Elin Y. Sukandar). Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Sagi, M. 1999. Teratologi : Panduan Kuliah S2 Program Studi Biologi. Yogyakarta: Laboratorium Histologi-Embriologi Fakultas Biologi UGM.
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar