Timbulnya cacat akibat pencemaran gas
yang dihirup misalnya gas pada 2,5-Hexanedione (2,5-HD) yaitu metabolit aktif
dari n-Hexane atau 2-Hexanone Dalam bidang industri, senyawa ini digunakan
sebagai pelarut cat, pernis, lem pada industri sepatu dan untuk ekstraksi
minyak sayur. Selain itu 2,5-HD digunakan sebagai senyawa pembersih dalam
industri tekstil, percetakan, furniture, untuk dry-cleaning pakaian,
menghilangkan oli pada mesin dan lain-lain (Chipmen, 1991). Bila seorang ibu
hamil menghirup gas 2,5-HD yang digunakan sebagai pelarut cat akan menyebabkan
efek teratogen pada janin yang dikandungnya. Gas 2,5-HD akan masuk ke saluran pernafasan ibu hamil, lalu masuk
ke peredaran darah dan melewati barier plasenta menuju ke janin.
Seperti pada pernyataan Bus et al. (1979) yang menyatakan bahwa 2,5-HD
yang diberikan pada mencit bunting selama organogenesis bersifat teratogenik
pada dosis 1000 ppm (0,1%) dan dijumpai adanya fetus resorpsi dan abnormalitas
perkembangan fetus yaitu timbulnya kelainan organ eksternal walaupun secara
statistik tidak signifikan. Kelainan eksternal yang paling banyak adalah
hemoragi. Hemoragi dalam penelitian yang dilakukan oleh Susantin et al. (2005) yang meneliti efek 2,5-HD
pada mencit, dijumpai hemoragi di daerah punggung, tungkai depan dan belakang,
kepala dan perut (Gambar 1).
Hemoragi terjadi karena adanya
pendarahan abnormal di bawah kulit. Perdarahan tersebut terjadi karena terdapat
pembuluh darah yang pecah. Pecahnya pembuluh darah disebabkan vasokontriksi
yang berakibat pada penyempitan lumen pembuluh darah sehingga tidak dapat
menahan tekanan dan akhirnya pecah (Brace, 1984). Dengan demikian senyawa 2,5-HD
yang diberikan pada induk mampu melewati barier plasenta dan masuk kedalam
sirkulasi darah fetus sehingga menyebabkan kenaikan tekanan darah. Hal ini
dapat menyebabkan pecahnya pembuluh darah dan akibatnya terjadi hemoragi. Sehingga
dapat dikatakan bahwa 2,5-HD merupakan salah satu agen yang menyebabkan
hemoragi pada fetus mencit.
Kelainan eksternal lain yang dijumpai
adalah eksensefali. Fetus yang mengalami eksensefali disebabkan oleh degenerasi
sel-sel neuroepitel dan terganggunya proliferasi sel-sel mesenkim daerah kepala
yang menyebabkan jumlah sel-sel mesenkim menjadi berkurang. Sehingga ektoderm
neural tidak dapat melipat untuk membentuk bumbung neural dan akibatnya terjadi
eksensefali (Hayasaka dan Kemeyana dalam Mufidah, 2003).
Selain hemoragi dan
eksensefali, juga dijumpai kelainan yang disebut dengan meromelia, yaitu
tungkai depan hanya berkembang sebagian. Meromelia disebabkan oleh terhentinya
pertumbuhan dari sel-sel mesenkim dibawah REA (rigi ektodermal apeks), yang
diinduksi oleh teratogen (Sadler, 1997). Teratogen menghalangi proliferasi di
bawah REA. Menurut Rugh (1968), masa yang paling sensitif pada pembentukan
appendik pada fetus mencit adalah hari kebuntingan ke-12. Pada saat ini lempeng
kaki berbentuk poligonal dan terjadi kematian se-sel di lipatan ektoderm tepi
sehingga menbemtuk percabangan yang pada akhirnya membentuk jari-jari. Gambar 2.
di bawah ini menunjukkan fetus yang mengalami kelainan eksternal akibat
inhalasi 2,5-HD pada tikus bunting.
DAFTAR REFERENSI
Brace, E.R. 1984. Penuntun
Populer Bahasa Kedokteran, Penerbit Angkasa, Bandung.
Chipmen, K. 1991. n-hexane.
Geneva: World Health Organization.
Mufidah, N. 2003. Pemanfaatan
Kurkumin untuk Mengeliminir Pengaruh Nikotin Terhadap Kelainan Organ Eksternal
Pralahir Mencit (Mus musculus L). Jember: FKIP Universitas Jember.
Rugh, R. 1968. The Mouse: its
reproduction and Development. Minnea pollis: Burgers publishing Co.
Sadler, T.W. 1997. Embriologi
Kedokteran Langman. Terjemahan Joko S. (1995) dari Langman’s Medical Embriologi
Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Susantin, F., Mahriani, dan
Suprihatin. 2006. Efek Teratogenik 2,5 Hexanadione Terhadap Perkembangan Fetus
Mencit (Mus musculus). Jurnal Ilmu Dasar 7 (1): 52-58.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar