Pada hewan-hewan tertentu bagian tubuh yang disayat/dibuang/hilang, dapat diperbaiki dengan sempurna melalui proses regenerasi. Dalam hal ini tampak
bahwa kemampuan tumbuh dan diferensiasi tidak terbatas pada embrio saja, tetapi
dapat sampai dewasa bahkan seumur hidup organisme tersebut. Pada regenerasi,
umumnya polaritas dipertahankan. Contoh hewan yang memiliki kemampuan
regenerasi yang tinggi adalah Planaria (Riyandi, 2012).
Planaria biasanya terdapat di daerah rawa, atau di aliran sungai yang
mengalir. Planaria dapat ditemukan pada aliran air
yang tidak terlalu deras dan tidak terlalu banyak sinar. Hal ini sesuai dengan
pernyataan Baharudin (2008) yaitu kecepatan arus mempengaruhi keberadaan
planaria karena pada kolam yang tenang tidak ditemukan sama sekali planaria.
Namun, pada perairan yang mengalir terdapat banyak planaria, walaupun yang
paling banyak ditemukan planaria adalah di daerah aliran yang tidak terlalu
deras. Lingkungan habitat yang paling disukai planaria ternyata di daerah
perairan air tawar yang mengalir tidak terlalu deras (adanya kecepatan arus)
dan jernih, disamping itu juga ekosistemnya lengkap baik biotik maupun abiotik.
Lingkungan biotik seperti adanya tumbuhan rumput air, hewan-hewan kecil yang
ada di air tersebut. Sedangkan lingkungan abiotik seperti adanya batuan, pasir
dan ranting-ranting kayu, serta sampah organik bekas daun-daunan.
Cara memancing planaria keluar dari persembunyiannya adalah dengan menggunakan hati ayam segar sebagai umpan. Hati ayam segar
dipasang pada lidi kemudian ditancapkan kedalam tanah yang terdapat aliran air
yang tidak terlalu deras. Hati ayam sedikit dihancurkan agar lebih merangsang
planaria untuk mendekati umpan. Hal ini disebabkan oleh adanya kemoreseptor
pada planaria. Seperti menurut Collins dan Harker (1999) yang menyatakan bahwa
Planaria menggunakan kemoreseptor untuk menemukan makanan. Mereka bergerak baik
menuju atau jauh dari konsentrasi terlarut bahan kimia yang berhubungan dengan
makanan. Tyler (2000) menambahkan bahwa kemoreseptor planaria terdapat pada
auricle (seperti telinga) yang terdapat pada bagian kepala.
Menurut Tyler (2000), terdapat metode lain yang dapat digunakan untuk
mengkoleksi planaria, tetapi biasanya jarang dilakukan, yaitu dengan membawa
massa vegetasi yang terendam dari sungai atau danau. Vegetasi harus dijaga dan
ditutupi dengan air hingga membusuk. Jika muncul planaria, akan berkumpul di
permukaan air dan di sepanjang sisi wadah dan kemudian planaria-planaria
tersebut dapat diambil menggunakan kuas lembut.
Dalam laboratorium, planaria harus diutamakan dalam kondisi yang bersih.
Planaria harus ditempatkan di air pada baskom gelas atau panci dan dijaga dalam
kondisi yang gelap. Air tidak boleh berasal dari air kran karena terdapat
kandungan klorin yang menyebabkan racun bagi planaria yang sangat sensitif. Air
dari sumber mata air atau dari sumur atau air dari tempat koleksi asal dapat
digunakan dan air diganti selama 2 atau 3 kali dalam seminggu. Setiap kali air
diganti, wadah harus diganti atau dibersihkan untuk menghilangkan penumpukan material
yang berasal dari mucus-mukus yang disekresikan planaria (Tyler, 2000).
Tyler (2000) juga menyebutkan bahwa jika planaria akan digunakan untuk
eksperimen dengan waktu yang lama harus diberi makan satu atau dua kali
seminggu. Sekali seminggu sudah cukup untuk memelihara kultur planaria
tersebut. Dua kali seminggu hanya dibutuhkan jika ingin meningkatkan kualitas
stok. Planaria dapat diberi makan hati ayam segar atau hati sapi segar atau
dapat juga menggunakan kuning telur. Pakan pada wadah harus diambil setelah 2-3
jam untuk mencegah terkontaminasinya air dari bakteri. Selain itu untuk
melakukan percobaan regenerasi, planaria harus dipuasakan selama seminggu. Hal
ini akan mengosongkan usus dari makanan dan akan mencegah kontaminasi bakteri selama
periode pemulihan. Planaria tidak boleh diberi pakan kembali hingga regenerasi
selesai.
Pemotongan planaria dapat dilakukan
menggunakan 5 modifikasi pemotongan yaitu : 1) secara transversal pada bagian
median atau setengah bagian tubuh, 2) dipotong secara transversal di bawah
farink dan bagian ekor sedikit dipotong secara longitudinal, 3) dipotong secara
transversal di atas farink dan bagian atas sedikit dipotong secara
longitudinal, 4) dipotong secara transversal di bawah farink dan bagian atas sedikit dipotong
secara longitudinal, dan 5) dipotong sedikit pada bagian kepala secara
longitudinal. Kelima modifikasi pemotongan tersebut berhasil dilakukan dan
setelah 2 minggu terdapat blastema yang menandakan bahwa planaria telah
melakukan proses regenerasi.
Mekanisme regenererasi pada planaria dimulai dari penutupan dan
penyembuhan luka. Luka akan tertutup oleh kontraksi otot pada dinding tubuh.
Proses ini akan memakan waktu 10 menit. Epitel akan mengobati luka dengan aktif
menyebar pada luka dan proses ini akan berlangsung selama 20 menit. Ketika
terjadi penyembuhan luka, akan terbentuk blastema. Blastema merupakan kumpulan
dari sel-sel yang belum terdiferensiasi yang akan berdiferensiasi saat ada
bagian tubuh yang hilang atau rusak. Sel-sel dari blastema disebut neoblast.
Neoblast merupakan sel-sel embrionik seperti stem sel yang ditemukan di seluruh
tubuh dan menunggu tugas untuk melakukan regenerasi. Ketika pemotongan terjadi,
neoblast akan segera menuju daerah luka akibat pemotongan tersebut untuk
membentuk blastema. Hal ini membuktikan bahwa neoblast dapat bermigrasi dari bagian
yang lebih jauh. Pada dasarnya sel-sel dari blastema dapat melakukan mitosis
dengan cepat. Pada hewan yang berada pada suhu 22-24oC, blastema
akan terbentuk selama 1-2 hari dan akan terlihat selama 3-4 hari berupa area
yang tidak berpigmen. Waktu kejadian tersebut tergantung dari suhu, ketika suhu
rendah maka akan semakin lama terlihat. Pada 22-24oC, proses
diferensiasi terjadi dengan cepat dan pada 4-6 hari dapat terlihat struktur
yang telah mengalami diferensiasi pada area regenerasi. Setelah 2-3 minggu,
regenerasi telah selesai dilakukan dengan dibuktikan adanya pembentukan kembali
proporsi tubuh yang normal (Tyler, 2000).
Tipe regenerasi dimana bagian yang hilang dibentuk kembali dari sel-sel
yang belum terdiferensiasi disebut epimorfosis. Proses ini berkebalikan dengan
proses regenerasi yang lain yaitu morfalaksis dimana sel-sel yang telah
terdiferensiasi kembali dibentuk menjadi bentuk yang baru. Tipe regenerasi
planaria adalah epimorfosis, tetapi ada sedikit kontribusi proses morfasaksis
karena beberapa penelitian mengindikasikan bahwa proses morfalaksis mungkin
berperan penting dalam proses regenerasi planaria (Chandebois, 1984).
Planaria bersifat fototaksis negatif atau menjauhi cahaya ketika cahaya
mengenai kepala. Hal ini menurut Collins dan Harker (1999) disebabkan karena
planaria memiliki fotoreseptor yang terdapat pada lengkung mata yang dapat
mendeteksi arah dan intensitas cahaya. Selain itu perilaku lain dari planaria
adalah ketika tubuh planaria dikenai arus, maka planaria akan mendekati arus
tersebut, hal ini disebabkan karena planaria memiliki sifat rheotaksis positif.
Menurut Pearl (1903), planaria akan bersifat rheotaksis positif jika arus air
mengenai bagian kepala atau bagian anterior tubuh.
DAFTAR REFERENSI
Baharudin. 2008. Pengaruh perbedaan
jenis makanan dan kecepatan arus terhadap keberadaan planaria. Pusdiklat Tenaga
Teknis Keagamaan Badan Litbang dan Diklat Departemen Agama, Jakarta.
Chandebois, R. 1984. Intercalary
regeneration and level interactions in the freshwater planarian, Dugesia lugubris. II. Evidence for
independent antero-posterior and medio-lateral self-regulating systems. Roux Arch. Dev. Biol. 194: 390–396.
Collins, L. T., dan B. W. Harker. 1999.
Planarian behavior: A student-designed laboratory exercise. Pages 375-379, in
Tested studies for laboratory teaching, Volume 20 (S. J. Karcher, Editor).
Proceedings of the 20th Workshop/Conference of the Association for Biology
Laboratory Education (ABLE), 399 pages.
Pearl, R. 1903. The Movements and
Reactions of Freshwater Planarians: a Study in Animal Behaviour. J. & A.
Churchill, London.
Riyandi, H. 2012. Metamorfosa Katak dan
Regenerasi Planaria. http://neoviologian.blogspot.com/2012/09/metamorfosa-katak-dan-regenerasi.html.
Diakses pada tanggal 12 Januari 2013.
Tyler, M. S. 2000. Developmental
Biology, A Guide for Experimental Study. Sinauer Associates, Inc. Publisher,
Sunderland.
keren banget ini. thx ya
BalasHapusbagaimana ya caranya agar mempercepat daya regenerasi dari cacing planaria tersebut?
BalasHapusra nggagas su bajingan o
HapusGood....
BalasHapusbull shit
BalasHapus