I. PENDAHULUAN
Penyakit pada tumbuhan yang disebabkan oleh virus sebetulnya telah lama dikenal orang, bahkan sebelum bakteri ditemukan, tetapi pada waktu itu penyebabnya belum diketahui. Virus tumbuhan pertama kali dilaporkan pada tahun 1576 sebagai patogen yang menimbulkan penyakit pada tanaman tulip dengan gejala perubahan warna bunga tulip yang semula polos menjadi bercak bergaris. Virus merupakan satu set dari satu atau lebih molekul genom berupa asam nukleat (RNA atau DNA), yang biasanya dibungkus oleh selubung pengaman berupa protein selubung atau lipoprotein dan hanya dapat memperbanyak diri dalam sel inang yang sesuai dengan memanfaatkan metabolisme, materi, dan energi dari sel inang.
Virus merupakan unit elemen yang masih menunjukkan tanda kehidupan, sehingga virus dapat juga didefinisikan sebagai organisme intraseluler yang mempunyai genom yang hanya dapat bereplikasi dalam sel inang dengan menggunakan perangkat metabolisme sel inang untuk membentuk seluruh komponen virus.
Postulat Koch merupakan teknik pendeteksian virus dan agen-agen mikrobiologi yang lain dan merupakan teknik yang telah populer karena sejak tahun 1880 tetap dianggap esensial untuk menentukan diagnosis yang handal mengenai penyakit infeksi. Dinyatakan bahwa untuk menetapkan mikroorganisme sebagai penyebab penyakit, organisme itu : (1) harus ditemukan pada semua kasus penyakit; (2) harus dapat diisolasi dari inang dan dapat ditumbuhkan dalam biakan murni; (3) harus dapat membangkitkan kembali penyakit semula apabila diintroduksikan pada inang yang rentan; (4) harus ditemukan dalam inang percobaan yang diinfeksi dengan cara itu. Penerapan postulat tersebut telah memberi keterangan tentang sifat berbagai macam penyakit dan sangat membantu untuk membeda-bedakannya.
Praktikum Postulat Koch ini bertujuan untuk memberikan pemahaman praktek Postulat Koch dalam penularan penyakit tanaman yang disebabkan oleh virus tumbuhan. Khususnya mengetahui bagaimana cara penularan virus dari tanaman yang satu ke tanaman yang lain menggunakan metode sap, karena sangat penting untuk penelitian virus dalam laboratorium.
II. MATERI DAN METODE
A. Materi
Alat dan bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah bibit kacang tanah umur 2 minggu, pot kecil atau polibag, tanah untuk media penanaman, plastik transparan, akuades steril, kertas label, botol semprotan, silet atau cutter, amplas, cutton bud steril, daun kacang tanah yang terinfeksi penyakit karat daun beberapa lembar, solatip dan gunting.
B. Metode
A. Pengamatan langsung
1. Disediakan daun kacang-kacangan yang diduga terkena karat daun.
2. Daun yang diduga terinfeksi virus diamati antara gejala dengan tanda-tanda penyakit yang ditimbulkan pada tanaman kacang. Asosiasi ini ditandai dengan adanya patogen pada tanaman yang sakit.
3. Daun-daun yang diamati didokumentasikan menggunakan kamera.
B. Pembuatan ekstrak atau sap dari tanaman yang terinfeksi virus
1. Dicari tanaman yang sakit atau terinfeksi virus, kemudian dipetik beberapa lembar daun muda yang sakit.
2. Daun yang sakit dan akuades atau buffer steril dimasukkan dalam mortar, daun dilumatkan dalam akuades dengan penumbuk porselen.
3. Daun yang telah dilumatkan disaring dengan kertas saring sampai sap yang diperoleh hanya berupa cairan atau ekstrak.
C. Pengujian
1. Pengujian dilakukan pada tanaman kacang-kacangan yang sehat. Beberapa daun digunakan sebagai kontrol dan beberapa daun yang lain yang masih dalam satu tanaman diinokulasi dengan patogen penyebab karat pada kacang tanah.
2. Daun-daun perlakuan yang akan diinokulasikan ekstrak sap tanaman yang sakit dilakukan pelukaan dengan cara menggosok perlahan-lahan daun tersebut menggunakan amplas.
3. Cutton bud steril dicelupkan dalam sap tanaman sakit kemudian diinokulasikan pada daun yang telah dilukai.
4. Daun-daun kontrol dan daun perlakuan kemudian dibungkus dengan plastik transparan yang terpisah agar tanaman kontrol tidak ikut terinfeksi. Penutupan dengan plastik transparan dimaksudkan untuk menjaga kondisi agar tetap lembab yang akan mendukung pertumbuhan patogen pada tanaman jagung.
5. Perubahan yang terjadi pada daun yang diinokulasi maupun daun kontrol diamati hingga 7 hari.
D. Uji Penegasan
1. Dilakukan sesuai dengan kriteria Postulat Koch yang ke-3 dan ke-4 yaitu (3) mikroorganisme penyebab penyakit hasil isolasi harus dapat menimbulkan gejala yang sama dengan gejala penyakitnya, apabila diinokulasikan, dan (4) mikroorganisme penyebab penyakit harus dapat direisolasi dari gejala yang timbul hasil inokulasi.
2. Dilakukan reisolasi atau perlakuan kembali seperti pada metode poin A, B, dan C.
3. Daun yang awal terinfeksi virus dibandingkan dengan daun pada inokulasi sap pertama dan daun pada inokulasi sap kedua. Serta bandingkan juga dengan daun kontrol.
A. Hasil
Tabel Hasil Pengujian Postulat Koch
Kelompok | Berhasil | Gagal |
1 | - | +
|
2 | - | +
|
3 | - | +
|
4 | +
| - |
5 | +
| - |
Tabel Hasil Uji Penegasan
Kelompok | Positif | Negatif | Gagal |
4 | - | - | + |
5 | +
| - | - |
B. Pembahasan
Berdasarkan hasil praktikum yang dilakukan diperoleh bahwa daun tanaman kacang-kacangan yang mengandung virus terdapat pada kelompok 5 karena menunjukkan hasil uji positif pada pengujian Postulat Koch. Hal ini diperkuat oleh pernyataan Matthews (1970), yang menyatakan bahwa keempat kriteria Postulat Koch harus dipenuhi untuk menentukan hubungan sebab akibat antara virus dan penyakit yang ditimbulkan. Berbeda dengan kelompok 1, 2, dan 3 yang mengalami kegagalan dalam pengujian karena daun yang diinokulasi tidak menunjukkan gejala penyakit yang sama dengan gejala awal. Sementara kelompok 4 juga mengalami kegagalan walaupun dalam pengujian menunjukkan hasil positif karena menunjukkan gejala penyakit yang sama dengan gejala awal, tetapi pada uji penegasan menunjukkan hasil negatif karena setelah sap tanaman sakit dari hasil inokulasi awal yang kemudian direisolasi dan diinokulasikan ke tanaman sehat yang lain tidak menunjukkan gejala penyakit yang sama dengan gejala penyakit yang sebelumnya.
Penelitian virologi tumbuhan banyak dilakukan untuk mengetahui penyakit yang diinduksi oleh virus tumbuhan dan karakteristiknya yang menyebabkan berbagai macam penyakit tanaman. Ketika diketahui respon fisiologis pada tanaman sebagai infeksi karena virus terdeteksi oleh metode biokimia, interaksi antar virus dan tumbuhan inangnya telah dapat dianalisis melalui metode molekuler, seluler dan level genetik. Berbagai macam teknik mulai dilakukan untuk mengetahui hubungan diantara virus dan virus, virus dan inangnya serta virus dan vektor pembawanya (Foster et al., 2008).
Selengkapnya download disini
Tidak ada komentar:
Posting Komentar