Melihat kamu menapaki
rute itu sangat membuatku haru. Haru melihatmu tersenyum bahagia bersama
seseorang yang ku anggap baru. Meskipun ku tau itu bukan baru menurutmu, hanya
seorang teman lama yang baru dipertemukan sekarang. Teman lama yang telah
tertulis dalam Lauhul Mahfuz ciptaan-Nya. Teman lama yang tak engkau genggam
kuat selama ini, karena jika tergenggam kuat, layaknya pasir, dia akan
terlepas, sehingga kau tak bisa bersanding dengannya hingga kini. Kata orang
itu yang namanya jodoh. Ah menyebut kata itu sepertinya sudah tidak asing lagi
bagiku, bagi perempuan berumur ¼ abad mungkin kata jodoh adalah sebuah kata
yang membuat sensitif. Bukankah setiap menghadap kepada-Nya selalu tak lupa
disebutnya? Sebenarnya sensitif itu bukan karena takut, tetapi karena tak
mengerti apa yang harus dilakukan. Sudah siapkah bertemu dengan teman lama itu?
Apakah hanya duduk diam disini menunggu kehadiranmu? Bukankah dalam agama
dianjurkan untuk berikhtiar? Entah teman lama seperti apa yang telah Tuhan
persiapkan. Sembari menunggu, bukankah bisa melakukan ikhtiar, minimal
mengindahkan jiwa, hingga teman itu hadir. Mengindahkan jiwa hingga tak
sensitif jika kata jodoh kembali disebut.
Untuk yang sedang mengindahkan jiwa
Untuk yang sedang menanti teman lama
Siapkah kita menerima kehadirannya?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar