Senin, 27 Desember 2010

Teknologi Reproduksi : Poliploidisasi

Pengelolaan budidaya ikan (khususnya ikan mas) perlu memperhatikan efisiensi dan produktivitas usaha serta kualitas ikan. Hal ini harus diimbangi dengan upaya perbaikan dan peningkatan kualitas induk maupun benih ikan mas. Saat ini disinyalir telah terjadi penurunan kualitas induk maupun benih ikan mas yang dipelihara oleh petani ikan. Beberapa usaha maupun penelitian telah dilakukan dalam upaya peningkatan produktivitas (produksi) dan perbaikan serta peningkatan kualitas genetik ikan mas seperti program seleksi, manipulasi jenis kelamin melalui perlakuan hormonal maupun manipulasi kromosom.

Manipulasi kromosom mungkin dilakukan selama siklus nukleus dalam pembelahan sel, dasarnya adalah penambahan atau pengurangan set haploid atau diploid. Pada ikan dan hewan lainnya dengan fertilisasi eksternal, proses-proses buatan dapat dilakukan untuk salah satu gamet sebelum fertilisasi atau telur terfertilisasi pada beberapa periode selama formasi pada zigot (Purdom, 1983). Salah satu metode manipulasi kromosom adalah poliploidisasi.

Poliploidisasi merupakan salah satu metode manipulasi kromosom untuk perbaikan dan peningkatan kualitas genetik ikan guna menghasilkan benih-benih ikan yang mempunyai keunggulan, antara lain: pertumbuhan cepat, toleransi terhadap lingkungan dan resisten terhadap penyakit. Proses poliploidisasi pada ikan yang sering dilakukan ada 2 macam yaitu pembentukan individu triploid dan pembentukan individu tetraploid. Individu triploid di dalam tubuhnya memiliki 3 set kromosom, sementara individu tetraploid di dalam tubuhnya memiliki 4 set kromosom (Thorgaard, 1983).

Induksi poliploid dalam budidaya ikan sangat menarik perhatian masyarakat petani ikan maupun para peneliti di bidang perikanan. Poliploidisasi pada ikan dapat dilakukan melalui perlakuan secara fisik seperti melakukan kejutan (shocking) suhu baik panas maupun dingin, pressure (hydrostatic pressure) dan atau secara kimiawi untuk mencegah peloncatan polar body II atau pembelahan sel pertama pada telur terfertilisasi. Kejutan suhu selain murah dan mudah, juga efisien dapat dilakukan dalam jumlah banyak (Rustidja, 1991). Kejutan panas mudah dan sering digunakan untuk aplikasi poliploidisasi pada beberapa spesies ikan. Komen (1990) menyatakan, suhu panas lebih efektif untuk mencegah terlepasnyapolar body 11.

Cara kerja dari teknik poliploidisasi ini Menurut Mukti (2005) yaitu dengan cara :

1. Pemijahan dan Striping Induk

Induk ikan mas umumnya akan melakukan perkawinan secara alami pada malam hari (tengah malam) dengan selang waktu 11-18 jam setelah dipasangkan. Setelah nampak tanda-tanda ikan mulai memijah, induk ikan mas betina dan jantan ditangkap dan dilakukan pengurutan di bagian abdominal (stripping) untuk mendapatkan (koleksi) telur dan sperma ikan mas. Telur-telur yang diperoleh kemudian ditampung dalam mangkok plastik kering, sedangkan sperma ditampung dalam tabung reaksi yang di dalamnya berisi larutan NaCl Fisiologis dengan pengenceran 10 kali. Larutan sperma disimpan sementara dalam refrigerator suhu 40C.

2. Fertilisasi Buatan

Telur ikan mas dalam mangkok plastik hasil stripping diambil menggunakan spatula secara acak, diletakkan dalam mangkok plastik bersih-kering dan ditambah larutan sperma sebanyak 2-3 tetes. Campuran larutan sperma dan telur diaduk secara perlahan meuggunakan bulu ayam. Kemudian, ditambahkan air bersih sebanyak 3 4 te tes untuk melangsungkan proses fertilisasi telur dan secara perlahan-lahan diaduk secara merata menggunakan bulu ayam. Waktu fertilisasi dicatat saat pertama kali pencampuran air bersih. Setelah 1 menit, telur terfertilisasi disebar dalam saringan kasa diameter 20 cm dan tinggi 6 cm yang telah ditempatkan dalam bak plastik volume 25 liter berisi larutan garam dan urea (larutan penyubur) dengan perbandingan 4 : 3 untuk setiap 1 liter air selama 0,s menit. Selanjutnya, telur dalam saringan kasa dimasukkan bak inkubasi yang terbuat dari fiber glass volume 1 ton dengan suhu air 26" C.

3. Perlakuan Poliploidisasi

Tiga menit setelah fertilisasi (triploidisasi) dan 29 menit setelah fertilisasi (tetraploidisasi), telur dalam saringan kasa (masing-masing diulang sebanyak 10 buah) dimasukkan box shocking untuk perlakuan kejutan panas (suhu air 40°C) selama 1,s menit. Setelah perlakuan kejutan panas, telur dalam saringan kasa dibilas dengan larutan Ringer's. Untuk kontrol, maka telur dalam saringan kasa tidak diperlakukan kejutan panas, tetapi hanya dibilas dengan larutan Ringer's. Kemudian, dimasukkan dalam bak penetasan telur bersama-sama dengan telur hasil perlakuan triploidisasi dan tetraploidisasi. Penetasan Telur dan Pemeliharaan Larva Penetasan telur dilakukan di dalam bak penetasan telur yang terbuat darifiber glass volume 1 ton dengan suhu air 28o C dan ditambah Methylene Blue 1 ppm. Kira-kira 8 jam setelah fertilisasi, dilakukan penghitungan jumlah telur (sampel) yang digunakan untuk masing-masing perlakuan, yaitu melalui penghitungan jumlah telur terfertilisasi dan jumlah telur tidak terfertilisasi dari masing-masing perlakuan. Telur-telur yang tidak terfertilisasi (rusak) dipisahkan dengan telur-telur terfertilisasi dan dihilangkan dari saringan. Telur ikan mas akan menetas kira-kira 2-3 hari. Selanjutnya, dilakukan penghitungan jumlah telur yang menetas dan jumlah larva yang cacat secara morfologis (abnormal). Larva ikan mas yang normal (sehat) semua perlakuan dipindahkan ke dalam akuarium ukuran 1 x 0.6 x 0,8 m untuk pemeliharaan larva dan masing-masing perlakuan ditebar sebanyak 125 ekor. Selama pemeliharaan (30 hari), larva diberi pakan suspensi kuning telur (selama 3-4 hari), pakan alami Artemia spp., cacing Tubifex sp., dan pakan pellet yang diberikan secara bertahap sesuai dengan perkembangan larva ikan mas. Suhu air media pemeliharaan diatur 28o C.

DAFTAR REFERENSI

Thorgaard, G. H. (1992) Application of Genetic Technologies to Rainbow Trout. Aquaculture, 100: 85-97.

Purdom CE. 1983. Genetic Engineering by The Manipulation of Chromosomes. Aquaculture, 33: 287-300.

Komen 1,1990. Clones of Common Carp, Cyprinus carpio. New Perspectives in Fish Research. Thesis. Agricultural University. Wageningen.

Rustidja, 1991. Aplikasi Manipulasi Kromosom pada Program Pembenihan Ikan. Makalah dalam Konggres llmu Pengetahuan Nasional V. Jakarta.

Mukti, A. T. 2005. Perbedaan keberhasilan tlngkat poliploibisasi ikan mas (Cyprinus carpio Linn.) Melalui kejutan panas. Berk. Penel. Hayati: 10 (133-138).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar