Minggu, 10 April 2011
Kuda Laut Jantan Suka Betina Yang Lebih Besar
Laporan Praktikum Biologi Reproduksi : Reproduksi Aseksual
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Jika ada suatu sifat organisme yang dapat disebut hakikat dari kehidupan, maka hal itu adalah kemampuannya untuk melakukan reproduksi. Reproduksi adalah pembentukan individu baru dari individu yang telah ada dan merupakan ciri khas dari semua organisme hidup. Kelestarian suatu spesies secara keseluruhan mengharuskan tiap individu memperbanyak diri, tiap generasi menghasilkan individu baru untuk menggantikan yang mati karena pemangsa, parasit, atau umur tua. Proses reproduksi tidak diperlukan untuk kelangsungan hidup tiap organisme tetapi tanpa reproduksi spesies akan punah. Jadi kelangsungan hidup individu sebagian ditujukan untuk memenuhi kemampuan reproduksi yang mutlak bagi kelestarian spesies.
Reproduksi dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu reproduksi aseksual dan reproduksi seksual. Pada reproduksi aseksual, suatu induk tunggal membagi diri, bertunas, atau memecah diri untuk menghasilkan dua keturunan atau lebih yang mempunyai sifat menurun yang identik dengan induknya. Sedangkan reproduksi seksual melibatkan dua induk, yang masing-masing menyumbangkan satu sel reproduktif khusus, suatu gamet, yang kemudian bergabung untuk membentuk telur terbuahi.
Pada masing-masing induk menyumbangkan sifat-sifat tertentu. Induk yang memiliki sifat yang dominan akan lebih mempengaruhi sifat anak yang dihasilkan, akan tetapi induk yang memiliki sifat resesif juga akan mempengaruhi walaupun persentasinya sangat kecil. Biasanya sifat resesif tidak tampak secara fenotipe, melainkan secara genotipe memiliki sifat yang resesif tadi.
Tujuan dari praktikum ini adalah mahasiswa dapat mengerjakan atau mempraktikkan sediaan untuk mendeskripsikan proses reproduksi aseksual.
A. Materi
Alat-alat yang digunakan dalam praktikum reproduksi aseksual adalah gelas, pengaduk, pipet, obyek glass, cover glass dan mikroskop. Bahan-bahan yang digunakan dalam praktikum reproduksi aseksual adalah glukosa, yeast, dan air hangat.
B. Metode
1. Seduh setengah sendok teh glukosa dengan air hangat setengah penuh gelas dan aduk hingga rata.
2. Masukkan sedikit yeast roti ke dalam campuran tadi dan aduk beberapa detik.
3. Tutup sediaan yeast dalam gelas tersebut untuk member kesempatan yeast aktif dan dibiarkan selama beberapa menit.
4. Setelah Nampak ada gelembung dalam gelas, ambil dengan pipet tetes sediaan, teteskan gelas obyek, kemudian amati yeast di bawah mikroskop.
5. Amati populasi yeast yang sedang membelah aseksual beberapa saat.
6. Gambar hasil pengamatan
7. Gambar dan catat waktu reproduksi aseksual (pembelahan)
Ciri yang paling nyata dari kehidupan adalah kemampuan organism untuk mereproduksi jenisnya. Sejenis menghasilkan sejenis, organisme menurunkan organism yang sama hanya terdapat pada organisme yang bereproduksi secara aseksual. Dalam reproduksi aseksual, suatu individu tunggal adalah satu-satunya induk dan menurunkan salinan dari seluruh gen-nya kepada keturunannya (Campbell et al., 2004).
Yeast dalam istilah biologi biasa disebut dengan khamir yang merupakan fungi uniseluler yang menempati habitat cair dan lembap, termasuk getah pohon dan jaringan hewan. Yeast bereproduksi secara aseksual yaitu dengan cara pembelahan sel sederhana atau dengan cara pelepasan sel tunas dari sel induk (Campbell et al., 2004).
Yeast merupakan sel-sel uninukleat yang membelah dengan membentuk tunas (budding), nukleus membelah sebagaimana sel membelah. Beberapa yeast bersifat dimorfik sehingga sebenarnya secara mendasar tidak banyak bedanya antara hifa dan yeast, hanya berbeda bentuk pertumbuhannya (Setiawan, 2010).
Yeast roti merupakan produk yang bermanfaat bagi manusia sebagai starter atau kultur non-aktif dari Sacharomyces sp. Sacharomyces sp. berasal dari Filum Ascomycota. Ascomycota hidup sebagai saprotrof, simbiotik antagonistik, dan simbiotik mutualistik. Struktur somatik cendawan Ascomycota ada yang bersel satu misalnya Saccharomyces sp. yang disebut khamir, dan ada yang bersel banyak dengan hifa bersekat. Fungi dari kelompok Ascomycota melakukan reproduksi secara aseksual degan cara membentuk konidium. Konidium ialah spora tunggal yang dihasilkan dalam kantung (sporangium). Selain itu, beberapa Ascomycota berkembang biak dengan tunas seperti Saccharomyces sp. Tunas terbentuk dari percabangan sel. Setelah semua bagian sel terbentuk, tunas melepaskan diri dari induknya (Bambang, 2010).
Saccharomyces (khamir) merupakan cendawan bersel satu yang tidak memiliki hifa dan tubuh buah makroskopis. Saccharomyces dimanfaatkan untuk membuat tapai, bir, dan roti. Dalam proses pembuatan bir, khamir akan mengubah karbohidrat menjadi glukosa. Kemudian mengubah glukosa tersebut menjadi alkohol. Apabila ditulis dengan rumus kimia, reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut:
C6H12O6 --> 2C2H5OH + 2CO2
Saccharomyces juga dimanfaatkan untuk mengembangkan adonan roti, misalnya kue apem atau roti tawar. Adonan yang sudah jadi tidak langsung diolah, tetapi dibiarkan beberapa saat. Hal ini berfungsi untuk memberikan kesempatan pada khamir untuk melakukan proses fermentasi yang menghasilkan gas CO2. Gas CO2 yang terperangkap dalam adonan membuat teksturnya menjadi berongga dan mengembang. Khamir juga digunakan dalam industri alkohol. Proses akhir untuk mendapatkan alkohol ialah dengan cara penyulingan (Prayitno, 2008).
Dalam praktikum ini menggunakan yeast roti karena selain murah, bahan ini juga mudah didapat di pasaran. Yeast roti yang di dalamnya terdapat Saccharomyces sp. Yeast roti akan aktif setelah diberi stimulus suhu seperti diberi air hangat. Agar yeast ini lebih terlihat aktif maka sediaan ditutup karena Saccharomyces sp. bersifat anaerob. Setelah terdapat gelembung tanda yeast telah aktif membelah kemudian segera dilakukan pengamatan di bawah mikroskop. Pada praktikum ini yeast aktif membelah setelah 1 menit 45 detik.
IV. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa :
1. Yeast roti merupakan kultur non aktif dari yeast Saccharomyces sp. dari golongan Ascomycota.
2. Saccharomyces sp. bereproduksi secara aseksual yaitu dengan cara pembelahan.
Bambang, S. 2010. Fungi dan Klasifikasinya. http://blog.unila.ac.id/bambangs. Diakses tanggal 8 Desember 2010.
Campbell, N. A., J. B. Reece, dan L. G. Mitchell. 2004. Biologi Edisi Kelima Jilid 3. Erlangga, Jakarta.
Prayitno, D. 2008. Yeast. http://dprayetno.wordpress.com/. Diakses tanggal 15 Desember 2010.
Setiawan, W. A. 2010. Fungi. http://blog.unila.ac.id/wasetiawan. Diakses tanggal 8 Desember 2010.